Bobotnya dibuat ringan, sekitar 2,7 kilogram dan bisa terbang lebih cepat dibandingkan drone untuk segmen pehobi yang banyak di pasaran. Kecepatannya maksimal bisa mencapai 35 mil atau sekitar 56 kilometer per jam.
Sebagaimana informasi yang dirangkum KompasTekno dari Recode, Kamis (13/10/2016), pengguna bisa mengendalikan drone ini melalui sebuah kokpit pengendali. Kokpit tersebut dilengkapi dengan sebuah joystick, tablet, dan kemampuan tahan air.
Raksasa teknologi prosesor itu juga membekali Falcon 8+ dengan sensor pemindai udara dan sistem auto pilot AscTec Trinity. Sistem dalam drone tersebut bisa memberikan hasil pindai dengan tingkat akurasi hingga ukuran milimeter, sehingga bisa membantu penggunanya mendeteksi berbagai hal.
Semua teknologi tersebut dipakai untuk melakukan inspeksi suatu wilayah industri. Misalnya, untuk meninjau wilayah konstruksi yang sangat luas dan membutuhkan waktu berjam-jam jika dilakukan dengan berjalan kaki.
Sekadar diketahui, sebelum membuat Falcon 8+, Intel juga pernah membuat drone lain. Perusahaan bekerja sama dengan Ascending Technologies untuk menggarap teknologi kamera pemindai ruang yang dipakai di drone industri AscTech Falcon 8 dan Yunees Typhoon H.
Selanjutnya Intel membeli Ascending Technologies. Drone Falcon 8+ yang ada saat ini merupakan drone komersil pertama yang membawa label Intel.
Penulis | : Yoga Hastyadi Widiartanto |
Editor | : Reza Wahyudi |
Sumber | : Recode, |
0 Komentar